Lengkeng merah atau ruby longan masuk ke Indonesia dibawa oleh Ricky Hadimulya, pekebun di Bogor, Jawa Barat. Awalnya, pekebun yang juga mendatangkan pertama kali lengkeng diamond river, pingpong, dan itoh di Indonesia pada tahun 2004 mengetahui adanya buah dengan warna merah itu melalui foto yang dikirim oleh koleganya di Amerikan Serikat. Sejak saat itu, perburuan tanamannya dilakukan oleh bersama dengan koleganya Chandra Gunawan.
Ia pun menyambangi negara asal tanaman tersebut. Namun, hasil yang diperoleh nihil. Ricky tanpa putus harapan terus mencari informasi meskipun harus menggelontorkan rupiah yang tak sedikit. Bahkan, ia bersedia menyewa orang untuk “blusukan” mencari tanaman yang membuatnya penasaran itu. Akhirnya, informasi yang ditunggu-tunggu datang dari koleganya di negeri jiran. Singkat cerita, Ricky terbang ke sana untuk melihat tanaman lengkeng merah tersebut. Ia pun melihat langsung bahwa tanaman yang dimaksud memang berbeda, ciri utamanya adalah daun berwana merah kecokelatan.
Hal ini berbeda dengan tanaman lengkeng lainnya yang umumnya berwarna hijau. Akhirnya Ricky membawa semua bibit ke tanah airDi Indonesia, Ricky menanam bibit tersebut di daerah dataran rendah, tepatnya di Parung, Bogor. Sekitar satu tahun berselang, tanaman pun berbuah. Dengan wajah sumringah, Ricky meyakini bahwa tanaman lengkeng dengan warna merah solid itu benar-benar varian baru yang belum pernah ada di Indonesia, persis dengan buah lengkeng yang ada di foto.
Umumnya kulit buah lengkeng berwana kuning kecokelatan, daunnya hijau, pucuk daun berwarna hijau kekuningan, dan batangnya cokelat kehijauan. Berbeda dengan lengkeng ruby. Kulit buahnya berwarna merah solid. Daun mudanya berwana cokelat kemerahan, kemudian berubah menjadi hijau saat dewasa, dan kembali berwarna cokelat kemerahan saat daun tua. Batangnya pun berwana cokelat kemerahan.
Fenomena lengkeng merah memang membuat heboh kalangan pecinta tanaman buah. Betapa tidak, selama ini lengkeng yang telah beredar di kalangan hobiis tidak pernah menyimpang
jauh dari warna buah yang umumnya kuning kecokelatan. Sosok tanamannya pun berbeda. Menurut Prof. Roedhy Poerwanto, peneliti dari Pusat Kajian Hortikultura Tropis Institut Pertanian Bogor yang dikutip dari majalah Trubus edisi Mei 2014, menduga mutasi yang menghasilkan lengkeng merah karena fenomena bud spot, yaitu perubahan genetik atau mutasi pada sel di titik tumbuh atau mata tunas dari induk normal sehingga warna resesif merah pada lengkeng muncul.
Sel yang mengalami mutasi akan membelah diri dan akhirnya membentuk jaringan dan organ baru. Karena berasal dari satu sel yang sama maka seluruh sel dari batang, daun, bunga, hingga buah memiliki gen yang sama. Jika kondisi demikian maka tanaman tersebut dapat diperbanyak secara vegetatif dan menghasilkan tanaman yang seragam. Bud spot terjadi secara acak akibat pengaruh alam semesta, seperti radiasi sinar kosmis. Selain itu, bud spotjuga bisa terjadi secara buatan menggunakan sinar gamma. Meskipun demikian, fenomena bud spot, oleh Roedhy Poerwanto disebutkan frekuensinya sangat rendah terjadi secara alami.
Ia pun menyambangi negara asal tanaman tersebut. Namun, hasil yang diperoleh nihil. Ricky tanpa putus harapan terus mencari informasi meskipun harus menggelontorkan rupiah yang tak sedikit. Bahkan, ia bersedia menyewa orang untuk “blusukan” mencari tanaman yang membuatnya penasaran itu. Akhirnya, informasi yang ditunggu-tunggu datang dari koleganya di negeri jiran. Singkat cerita, Ricky terbang ke sana untuk melihat tanaman lengkeng merah tersebut. Ia pun melihat langsung bahwa tanaman yang dimaksud memang berbeda, ciri utamanya adalah daun berwana merah kecokelatan.
Hal ini berbeda dengan tanaman lengkeng lainnya yang umumnya berwarna hijau. Akhirnya Ricky membawa semua bibit ke tanah airDi Indonesia, Ricky menanam bibit tersebut di daerah dataran rendah, tepatnya di Parung, Bogor. Sekitar satu tahun berselang, tanaman pun berbuah. Dengan wajah sumringah, Ricky meyakini bahwa tanaman lengkeng dengan warna merah solid itu benar-benar varian baru yang belum pernah ada di Indonesia, persis dengan buah lengkeng yang ada di foto.
Umumnya kulit buah lengkeng berwana kuning kecokelatan, daunnya hijau, pucuk daun berwarna hijau kekuningan, dan batangnya cokelat kehijauan. Berbeda dengan lengkeng ruby. Kulit buahnya berwarna merah solid. Daun mudanya berwana cokelat kemerahan, kemudian berubah menjadi hijau saat dewasa, dan kembali berwarna cokelat kemerahan saat daun tua. Batangnya pun berwana cokelat kemerahan.
Fenomena lengkeng merah memang membuat heboh kalangan pecinta tanaman buah. Betapa tidak, selama ini lengkeng yang telah beredar di kalangan hobiis tidak pernah menyimpang
jauh dari warna buah yang umumnya kuning kecokelatan. Sosok tanamannya pun berbeda. Menurut Prof. Roedhy Poerwanto, peneliti dari Pusat Kajian Hortikultura Tropis Institut Pertanian Bogor yang dikutip dari majalah Trubus edisi Mei 2014, menduga mutasi yang menghasilkan lengkeng merah karena fenomena bud spot, yaitu perubahan genetik atau mutasi pada sel di titik tumbuh atau mata tunas dari induk normal sehingga warna resesif merah pada lengkeng muncul.
Sel yang mengalami mutasi akan membelah diri dan akhirnya membentuk jaringan dan organ baru. Karena berasal dari satu sel yang sama maka seluruh sel dari batang, daun, bunga, hingga buah memiliki gen yang sama. Jika kondisi demikian maka tanaman tersebut dapat diperbanyak secara vegetatif dan menghasilkan tanaman yang seragam. Bud spot terjadi secara acak akibat pengaruh alam semesta, seperti radiasi sinar kosmis. Selain itu, bud spotjuga bisa terjadi secara buatan menggunakan sinar gamma. Meskipun demikian, fenomena bud spot, oleh Roedhy Poerwanto disebutkan frekuensinya sangat rendah terjadi secara alami.
085229034824 |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar