BUAH lengkeng adalah buah yang sangat diminati oleh masyarakat kita. Tua muda dewasa hingga anak-anak sangat menggemari buah yang rasanya manis tersebut. Dengan penggemar yang banyak tersebut tak mengherankan apabila banyak konsumen yang berburu mencicipi lengkeng termasuk petani yang juga ingin menanam buah lengkeng tersebut.
Ya budidaya tanaman buah lengkeng sejatinya sangat gurih. Apalagi dalam beberapa tahun belakangan ini muncul lengkeng pendatang baru yang praktis meramaikan persaingan buah lengkeng di pasaran. Sebut saja lengkeng diamond river, itoh, pingpong, puangray, beekyu, kristalin hingga muncul pendatang baru lengkeng kulit merah dan lengkeng aroma durian.
Dua pendatang baru di kelas buah bernama asli nephellium longon itu jelas membuat kepincut para petani, penjual, kolektor berburu untuk membudidayakan tanaman tersebut hingga berbuah lebat. Tentu saja ini dikarenakan impian cuan yang begitu besar di depan mata.
Bayangkan saja untuk lengkeng berkulit merah itu harganya bisa selangit. Harga satu bibitnya saja bisa dibandrol Rp 5 juta untuk bibit setinggi 50 cm. Tentu saja harga segitu tidak sebanding dengan kelas lengkeng biasa yang hanya dibandrol Rp 70.000. Bahkan seolah tidak menghiraukan harga tersebut, para penggemar buah tersebut rela merogoh kocek lebih dalam demi memiliki pohon buah lengkeng berkulit merah tersebut. Beberapa penangkar juga sudah bersiap untuk mendatangkan bibit tersebut tahun depan.
Tak mengherankan apabila bibit lengkeng berkulit merah ini langsung ludes 100 bibit oleh para penggemarnya. Tren budidaya lengkeng berkulit merah ini tentunya bakal berlanjut di 2016. Pasalnya lengkeng berkulit merah ini belum lama meramaikan persaingan buah lengkeng di pasaran.
Hal ini mengingatkan kita akan tren lengkeng yang mampu berbuah di dataran rendah. Seperti kita tahu, lengkeng biasanya tumbuh di dataran tinggi dan sangat sulit dibudidayakan di dataran rendah.
Namun mitos itu terpatahkan karena kehadiran lengkeng dataran rendah seperti diamond river, itoh, pingpong. Trio lengkeng dataran rendah itu hadir di Indonesia tahun 2000-an. Tanaman ini sebagian besar introduksi dari Thailand, Vietnam maupun Malaysia. Kelebihan lengkeng introduksi ini adalah umurnya rendah, cepat berbuah, perawatannya mudah dan penampilan buah menarik. Bibit hasil dari cangkokan dapat berproduksi setelah umur 8-12 bulan, dari okulasi atau grafting mampu berproduksi setelah 1-2 tahun, sedangkan dari biji mampu berproduksi setelah 2-3 tahun.
Ukuran buah lengkeng dataran rendah introduksi relatif lebih besar jika dibandingkan lengkenglokal, terutama lengkeng pingpong yang mempunyai ukuran normal sebesar bola pingpong. Rasa buah pada umumnya manis sampai sangat manis dengan ukuran biji kecil, sedang dan besar.Produktifitas tanaman cukup tinggi, bahkan varietas pingpong seolah-olah tidak mengenal musim karena buah terus ada sepanjang tahun
Setelah booming trio lengkeng tersebut belakangan bermunculan variteas sejenis yaitu puangray, beekyu dan kristalin. Termasuk lengkeng berkulit merah dan lengkeng beraroma durian. Varietas baru lengkeng dataran rendah bakal terus bermunculan. Bahkan keistemewaan lengkeng dataran rendah ini bisa ditanam di dalam pot sebagai hiasan rumah.
Namun lengkeng berkulit merah itu tidak boleh berpuas diri. Pasalnya varietas lainnya juga mulai menyodok ke permukaan. Bahkan bukan tidak mungkin bakal menjadi pesaing utama lengkeng berkulit merah tersebut.
Pesaing itu adalah varietas lengkeng beraroma durian. Kelengkeng aroma durian, merupakan kelengkeng yang tergolong jenis baru. Kelengkeng aroma durian ini mempunyai ciri daun lurus, kaku dan hijau tua, daun muda berwarna hijau semu merah, tajuk kokoh. Sedangkan buahnya berdaging tebal, biji kecil, kering. Kulit buahnya putih dan memiliki aroma yang khas seperti aroma durian,sehingga dinamai kelengkeng aroma durian.
Kelengkeng ini mempunyai keunggulan mudah beradaptasi dengan lingkungan dan lebih mudah berbuah dari pada jenis kelengkeng lain. Untuk masa berbuah kelengkeng aroma durian ini tidak jauh beda dengan kelengkeng unggul lainnya, yaitu secara vegetatif 8-12 bulan, sedang secara generatif dapat berbuah pada umur 2-3 tahun.
Yang jelas dua varietas lengkeng baru itu akan meramaikan persaingan lengkeng di Indonesia. Manakah yang akan unggul? Jawabannya adalah pada pilihan penggemar buah tersebut. Kita nantikan saja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar